Sabtu, 19 Februari 2011

Wow, Anak SMP Bikin Situs Ala Facebook!


BANDUNG, KOMPAS.com — Siapa yang tak kenal Facebook? Situs jejaring sosial buatan Mark Elliot Zuckerberg itu telah mendunia. Dan sekarang, di Indonesia juga sudah ada yang menciptakan situs sejenis. Hebatnya, yang penciptanya hanya seorang bocah berusia belasan tahun.

Muhamad Yahya Harlan (13) adalah nama bocah pencipta situs ala Facebook tersebut. Siswa kelas 7A (1 SMP) Sekolah Alam Bandung, Jawa Barat, itu menamai situs ciptaannya dengan Salingsapa.com.

Awalnya, kata Yahya, ia tergerak ingin membuat jejaring sosial yang hampir sama dengan Facebook (FB) yang berbahasa Indonesia. Kemudian, hanya dalam kurun waktu satu bulan, terciptalah Salingsapa.com. Dalam waktu yang cukup singkat tersebut, Yahya membuat situs jejaring sosialnya penuh fitur yang agak jauh berbeda dengan FB.

"Awalnya saya lihat di news, ada orang Indonesia yang membuat semacam FB dengan bahasa Indonesia. Saya pikir, saya juga bisa buat yang sama dan lebih bagus lagi," kata Yahya, ditemui di sekolahnya di kawasan Dago Atas, Kamis (10/2/2011) kemarin.

Anak sulung dari pasangan Yan Harlan (45) dan Fidriana (37) ini pun mulai mengotak-atik komputernya untuk merancang fitur-fitur di jejaring sosial yang akan dibuatnya itu. Dibantu sang ayah yang juga hobi main komputer, Yahya meminta ide-ide fitur yang akan dibuatnya.

Hasilnya, karya siswa yang menyukai mata pelajaran IPA ini ternyata mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Jumat (11/2/2011) sore ini, ia bahkan didapuk menjadi satu dari tiga siswa SMP yang akan menyampaikan presentasinya di hadapan dosen dan mahasiswa ITB.

Menurut sang ibu, Fidriana, putranya itu diminta memaparkan hasil karyanya selama 20 menit dan 10 menit untuk sesi tanya jawab. Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Yahya meski ini pertama kalinya ia harus tampil di depan umum, terlebih lagi di hadapan dosen dan mahasiswa.

Namun, Fidriana percaya, anaknya itu mampu membuktikan diri. Karena jejaring sosial tersebut memang murni hasil karya Yahya meski ada bantuan ide dari sang ayah.

Ia juga menuturkan, minat Yahya pada komputer sudah terlihat sejak usia 3 tahun. Saat itu, ia mengotak-atik komputer milik sang ayah. Karena minatnya yang besar, Yahya pun ikut beberapa les komputer, termasuk les di Komlab ITB yang pesertanya kebanyakan mahasiswa.

"Dia selalu ingin mempelajari yang baru tentang komputer, makanya saat ikut les, ia ikut beberapa paket pelatihan yang pesertanya mahasiswa semua," kata Fidriana, saat ditemui di kediamannya di Awi Ligar, Cimenyan, Bandung.

Begitu tahu anak sulungnya menciptakan jejaring sosial, ia dan suaminya hanya mendukung dan mengarahkan bahwa karyanya tersebut akan lebih bagus bila bermanfaat bagi banyak orang.

"Karena itu, Salingsapa.com ini diniatkan untuk dakwah dan kebaikan. Harapan kami, jejaring sosial ciptaan Yahya ini juga sebagai ladang amal," kata Fidriana, yang tetap memantau Yahya agar tetap bisa mengatur waktu antara belajar dan mengurus jejaring sosialnya tersebut.

sumber : www.kompas.com

Jumat, 22 Oktober 2010

SETAHUN MENDIKNAS Mendiknas, Berbenahlah....



Kamis, 21 Oktober 2010 | 20:11 WIB
PRIYOMBODO/KOMPAS IMAGES
Selama satu tahun memimpin jajarannya, kinerja Mendiknas Mohammad Nuh dinilai masih jauh dari harapan, terutama untuk membawa perbaikan-perbaikan dalam pendidikan nasional.
TERKAIT:

* Guru pun Menilai Merah Rapor Mendiknas
* Dana BOS, Kelir Merah Rapor Mendiknas
* Belum Lulus, Rapor Mendiknas Merah!

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa elemen masyarakat, guru, dan pemerhati pendidikan yang tergabung dalam Koalisi Pendidikan menilai, rapor Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh masih berkelir merah. Masih ada waktu tiga tahun untuk Mendiknas berbenah diri melakukan perbaikan-perbaikan.
Jika diibaratkan dengan rujukan nilai ujian nasional atau UN, Kemdiknas mendapat nilai 2,5. jadi belum lulus.
-- Ade Irawan

Elemen-elemen tersebut antara lain Indonesia Corruption Watch (ICW), Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ), Aliansi Orang Tua Peduli Pendidikan, serta Kelompok Kajian Studi Pendagogik Transformatif. Mereka sengaja berkumpul untuk mengkritisi satu tahun kinerja Mendiknas Mohammad Nuh melalui diskusi "Satu Tahun Menteri Pendidikan Nasional: Rapor Merah Bagi Menteri Pendidikan", Kamis (21/10/2010), di Jakarta.

Disimpulkan dalam diskusi tersebut, bahwa program satu tahun Mendiknas dan jajarannya di Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) tidak relevan dengan kebutuhan dan permasalahan-permasalahan dalam pendidikan nasional. Program satu tahun Kemdiknas banyak mengabaikan faktor penting dalam pendidikan seperti guru dan peserta didik.

Selain itu, program ataupun kebijakan Kemdiknas lebih banyak menimbulkan kontroversi, seperti tetap mempertahankan UN yang jelas-jelas oleh Mahkamah Agung (MA) telah diputuskan untuk ditiadakan. Program RSBI juga dinilai kian menimbulkan kastanisasi dunia pendidikan dan menyebabkan insan-insan pendidikan di dalamnya berlomba-lomba melakukan korupsi.

Dalam satu tahun memimpin jajarannya, kinerja Mendiknas dinilai masih jauh dari harapan. Harapan tersebut terutama untuk membawa perbaikan-perbaikan dalam pendidikan nasional.

Ade Irawan dari ICW mengatakan, Mohammad Nuh bukan sosok "baru kemarin" menjabat menteri. Sebelumnya, Nuh pernah menjabat Menteri Komunikasi dan Informasi.

"Kami menilai, rapor Mendiknas dan kementriannya masih merah. Jika diibaratkan dengan rujukan nilai ujian nasional atau UN, Kemdiknas mendapat nilai 2,5. jadi belum lulus," imbuh Ade.

Namun demikian, kata Ade, masih ada tiga tahun ke depan periode kerja Mendiknas. Selama itulah, kata dia, kinerja Mendiknas dan jajarannya diharapkan bisa lebih baik.

"Semoga ke depan semua siswa bisa memiliki hak pendidikan untuk sekolah gratis dan memiliki pendidikan berkualitas," ujarnya


sumber :www.kompas.com

Rabu, 06 Oktober 2010

Terlalu Kritis, 12 Guru Dimutasi Massal


SMAN RSBI 1 Purwakarta
Terlalu Kritis, 12 Guru Dimutasi Massal
Selasa, 5 Oktober 2010 | 16:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 12 guru SMAN Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) 1 Purwakarta, Jawa Barat, mengalami mutasi massal secara sewenang-wenang karena mengkritisi uang dana sumbangan pendidikan (DSP) yang diberikan oleh para orang tua murid.
DSP itu sebesar Rp 1.207.100.000, namun kepala sekolah mengaku kepada kami bahwa yang diterima hanya Rp 800 juta saja. Itu terjadi bulan Juli 2009.
-- Guru SMAN 1 Purwakarta

"Menurut data real yang diterima, DSP itu sebesar Rp 1.207.100.000, namun kepala sekolah mengaku kepada kami bahwa yang diterima hanya Rp 800 juta saja. Itu terjadi pada bulan Juli 2009. Kemudian, dari situ mulailah ada pergunjingan," ungkap salah satu guru RSBI SMAN 1 Purwakarta yang mengalami mutasi tersebut kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (5/10/2010).

Dia menceritakan, para guru membutuhkan transparasi DSP, karena setiap tahunnya di awal bulan setiap guru harus membuat program untuk siswanya. Selain transparansi, para guru juga mempertanyakan kepada kepala sekolah mengenai masa jabatan yang terlalu lama, karena sudah 6 tahun tidak diganti.

"Namun mengenai setiap masalah yang ada selalu diselesaikan dengan intimidasi dan ancaman. Karena ketika kami mempertanyakan itu semua, pada 23 Agusutus 2010 kami dipanggil oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD)," ujar guru tersebut.

Anehnya, lanjut dia, pemanggilan terhadap mereka dilakukan pada jam 8 malam. Dia mengaku, para guru kemudian ditanyakan yang aneh-aneh dan mereasa seperti para terdakwa. Kemudian, lanjut dia, pada 27 Agustus 2010, keluarlah Surat Perintah Kerja (SPK) mengenai mutasi para guru yang kritis tersebut.

"Kami sekarang tetap pergi ke SMAN RSBI 1 Purwakarta, tetapi kami tidak mengajar," lanjutnya.

"Namun, yang membuat kami bingung adalah kepala dinas setempat tidak mengetahui mengenai mutasi ini. Jika tidak mengetahui ini, berarti mutasi yang diberikan kepada kami tidak normal dan cacat hukum, untuk itu kami mempertanyakannya," ujarnya.

sumber :www.kompas.com

Senin, 20 September 2010

Dibuka, Beasiswa Pascasarjana ke Swiss!



KOMPAS.com - Pemerintah Swiss melalui Federal Commission for Scholarships for Foreign Students (FCS) menawarkan beasiswa untuk tahun akademik 2011/12. Beasiswa ini ditawarkan untuk para mahasiswa pascasarjana (postgraduate) yang ingin melakukan riset atau meraih gelar master di salah satu perguruan tinggi di Swiss.

Program beasiswa ini berlangsung selama 9 (sembilan) bulan atau 1 tahun akademik. Namun, dalam kondisi tertentu beasiswa dapat diperpanjang maksimal hingga tahun ajaran ke-2 sesuai dengan pertimbangan FCS dan perguruan tinggi yang bersangkutan.

Adapun beberapa program studi atau pendidikan yang tidak termasuk dalam tawaran beasiswa antara lain adalah Ilmu Kesenian, Pendidikan S-1, Pendidikan Sekolah Perhotelan, Pertukaran pelajar/mahasiswa, Part-time studies, On-the-job studies, atau Studi jarak jauh (correspondence course).

Bagi yang tertarik dengan program ini perlu mengetahui, bahwa jumlah beasiswa senilai CHF 1.920 per bulan (untuk biaya hidup). Harap diingat, bahwa tidak semua program pascasarjana dan perguruan tinggi di Swiss membebaskan penerima beasiswa dari biaya perkuliahan karena beasiswa ini hanya mencakup biaya hidup di Swiss.

Untuk itulah, setiap pelamar sangat perlu mengklarifikasi kepastian pembebasan uang kuliah untuk program studi yang dipilih dengan perguruan tinggi yang bersangkutan. Sementara biaya perjalanan dan asuransi penerima beasiswa dari Indonesia harus menanggung sendiri biaya perjalanan ke Swiss tersebut.

Pendaftaran beasiswa ini sudah dibuka dan pelamar harus sudah mengembalikan formulir pendaftaran yang dilampiri lengkap dengan dokumen-dokumen pendukung paling lambat pada 31 Oktober 2010 mendatang ke Kedutaan Besar Swiss (Bagian Kebudayaan) di Jl. H.R. Rasuna Said Kav. X3/2, Jakarta 12950.

Mengenai semua syarat, formulir atau skema beasiswa bisa dilihat langsung di situs http://www.eda.admin.ch atau di http://www.eda.admin.ch/eda/en/home. Kontak telepon bisa juga melalui Kedutaan Besar Swiss dengan Melinda Djohansjah di nomor +6221 525 6061/Ext.319.

sumber : www.kompas.com

Rabu, 18 Agustus 2010

100 Resep Kolak Favorit



Kolak, kudapan manis berkuah santan, termasuk kudapan favorit di dapur Indonesia. Rasa manis harum dari kuah kolak dengan aroma daun bumbu, sungguh menawan. Isi kolak yang variatif, menggoda selera. Warna kuah kolak pun bisa dipilih yang putih atau merah kecokelatan. Kolak pun bisa disajikan hangat atau dingin bersama es batu. Buku ini menawarkan 100 selera kolak favorit sepanjang masa yang tak terlupakan. Tidak hanya resep kolak yang ditampilkan dalam buku ini tetapi juga resep bubur manis dan wedang yaitu minuman manis yang panas.

Di antaranya, Kolak Khas Aceh, berisi putu mayang, disiram kolak pisang kepok dan nangka, dipadu serabi; Kolak Sagu Ambon, bubur sagu Ambon disiram kolak pisang beraroma daun pandan; Kolak Ketan Durian berisi ketan urap, disiram kolak pisang dan saus santan durian; Bubur Cha-cha Kombinasi, sejenis kolak gaya Singapura beraroma daun pandan dan daun jeruk, dengan warna kuah kolak putih, berisi kacang hijau, ubi merah, biji mutiara, talas; Wedang Cemue, rebusan gula merah beraroma rempah dengan isi kolang-kaling, kelapa muda, kacang tanah goreng, roti tawar iris dadu.

sumber :www.gramedia.com

Kamis, 29 Juli 2010

Variasi Makanan Balita


Memuat 43 variasi makanan balita, yang disusun dalam kelompok sarapan pagi, hidangan ikan, daging telur, tahu, tempe, sayuran, dan hidangan selingan. Dengan memiliki 2 buku tentang makanan balita, berarti anda telah memiliki lebih dari 40 variasi resep makanan sehat untuk balita anda. Buku ini juga mengatasi masalah makan pada anak seperti: anak yang susah makan, anak tidak suka makan sayur, tidak suka minum susu, dan lain-lain.
ISBN : 979-655-594-8; 21000594

Kategori:

* Buku Masak/Menu Anak
* n/a

sumber :www.gramedia.com

Senin, 07 Juni 2010

Kidpreneur: Ajari Anak Berwirausaha Sejak Dini


Akan ke manakah anak-anak setelah lulus sekolah menengah atas? Melanjutkan ke bangku pendidikan pergurun tinggi? Itu bukan alternatif yang murah, apalagi saat ini. Selain itu, bukan rahasia bahwa banyak sarjana yang menganggur, kesulitan mendapat pekerjaan.

Ada alternatif yang bisa dipilih, yaitu mengarahkan anak ke dunia kewirausahaan. Hal itu bisa dilakukan sejak dini di keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Bahkan, sebaiknya memang diajarkan langsung oleh orangtua dengan mengajak anak mengolah kemampuan diri dan melibatkan mereka dalam kegiatan bisnis.

Buku ini mengupas cara melatih anak menjadi wirausaha sesuai dengan minat dan usia mereka. Dilengkapi dengan 15 Kiat Bisnis bagi Anak, 7 Formula Bisnis untuk Anak, dan Rahasia Sukses Wirausaha Tulen, buku ini akan membantu orangtua akan membekali anak dengan ilmu kewirausahaan sejak dini.

Ayo, ajari anak berwirausaha dan bantu mereka menciptakan masa depan yang leboh cerah.
ISBN : 978-979-22-5742-7; 20801100027

Kategori:

* Nonfiksi/Manajemen, Bisnis, dan Investasi

sumber :www.gramedia.com